Seperti biasa, kali ini aku memanen rindu yang tak semestinya.
Jutaan kali berusaha membuangnya jauh-jauh tapi bak bumerang, semakin
aku melemparnya dengan kuat dan jauh dia berbalik dan menghampiri
tuannya kembali.
Apakah kamu juga merasakan sesaknya rindu ini? Tidak peduli kamu
membalas menyukaiku atau tidak, aku hanya meminta belas kasihanmu untuk
membantuku menopang rindu yang sudah terpupuk berat dan terendapkan
bersama diriku yang melihatmu di balik jendela dan kamu tertawa bersama
jutaan tawa lainnya, aku melamun berharap hujan membasahi gurun pasir
dan tanpa terasa rindu itu mengendap dan beranak. Semakin hari semakin
ganas, dan aku dibuat candu.
Tolong jangan tertawakan aku hanya karena aku adalah pecandu rindu.
Entah ini hina atau tidak. Tapi awan kelabu di atas sana terdengar
menghujatku dengan suara Guntur yang tak terukur. Mengikir asa dan
menjebakkan diri sendiri dalam untaian rindu yang bertumbuk dan sukar
terurai. Menyakitkan dan mengenaskan memang.
Suatu hari kamu memintaku untuk mengikir asa dan melupakan damba.
Saat itu kamu membantuku bebas dari belenggu rindu lalu kamu pergi
bersama untaiannya dan membuatku bebas hingga tak kembali meradang.
Entah yang kamu lakukan benar atau sebaliknya, karena kini aku merasa
aral dan tak berarah. Topanganku selalu goyah dan angin enggan mengalah.
Kamu tahu aku rindu. Dan kamu menertawaiku.
July 28, 2013. Garut, Jawa barat. ketika shubuh menjelang.
Rindu
This entry was posted on Minggu, 28 Juli 2013 and is filed under non-fiksi. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.