Darel (FlashFiction)



Kelasku akan berubah ramai saat istirahat tiba. Anak laki-laki biasanya akan berkumpul di barisan belakang, mendiskusikan sesuatu, memainkan gitar, menyanyi, atau sekedar bergantian bermain game.

Lain halnya dengan teman-teman perempuanku, kantin adalah tujuan utama dan bakso adalah buruan mereka

Aku memiliki sedikit masalah dalam hal menu makanan. Aku tidak suka bakso, mie, atau jajanan kantin lainnya. Aku hanya akan membeli gorengan berminyak atau biskuit anak jika pergi ke tempat lautan manusia itu. Jadi, ketika istirahat tiba, aku lebih sering berdiam diri di kelas, menyantap bekal makanan yang dibuatkan Mama dari rumah.

Setelah membersihkan papan tulis, dari rumus-rumus kimia yang membuatku mual, Aku bergerak mendekati mejaku di barisan depan. Mataku melihat sosok jangkung di barisan belakang, ia tengah bernyanyi keras-keras menyanyikan salah satu lagu nasional. Sepertinya ia sering sekali menyanyikan lagu itu akhir-akhir ini. Aku tersenyum singkat, kemudian duduk di bangku.

Menu bekal makananku hari ini adalah perkedel dan dadar telur. Jujur saja, bukan itu yang membuat perutku berbunyi keras, melainkan nasi putih yang bahkan sudah tak mengepulkan asap hangat. Aku selalu suka nasi putih buatan Mama.

Saat masih mengunyah makanan, kurasakan tepukan di bahu. Ketika kulihat, Darel tengah tersenyum sambil masih bernyanyi. Matanya menatapku hangat plus dengan senyuman manisnya, kali ini bukan lagu nasional lagi, aku tak mengenal lagunya tapi aku menikmati suaranya ketika bernyanyi.

kembali kutekuni bekal makananku, dan berusaha menghilangkan bayangan wajahnya dari benakku. Demi Tuhan wajahnya tampan, tapi aku tak ingin ia berlama-lama mendiami pikiranku.

Ku dengar tidak ada yang bernyanyi lagi, hanya suara petikan Gitar yang terdengar dari barisan belakang. Aku sempat lega karena ku kira Darel mungkin telah pergi ke luar kelas. Tapi kemudian sudut mataku melihat bayangannya, dan aku benar-benar terkejut ketika melihat ia berada di sampingku. Ia tengah melihatku. Melihatku makan. Melihat mulutku penuh terjejali makanan.

Ku alihkan pandangan pada perkedel dan dadar telur yang tinggal separuh. Aku mengangkat kotak bekal makanan berwarna biru itu ke hadapannya. “Mau?”

Darel tertawa kecil, Menggeleng kecil, lalu tersenyum ke arahku. “Enggak kok, Cuma mau lihat kamu makan aja.”

Kernyitan di dahiku tak lantas membuat senyumnya hilang. Aku tetap Makan. Dan ia tetap tersenyum, melihat mulutku menggembung penuh oleh makanan.

***
NB: Special for my besties friend @Rdaudia
 

This entry was posted on Jumat, 29 Maret 2013 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

3 Responses to “Darel (FlashFiction)”

  1. cuma gitu aja kak? eee -_-

    BalasHapus
  2. paraah kau.
    jangan sampe dia liat. bahya nih :D

    BalasHapus
  3. Anonim : Iya, lagian kan ini ceritanya Flashfiction :p (gagal kayaknya)

    Rd. Audian : Lebih bahaya kalau gue share nih FF ke doi :p

    BalasHapus